ELEMEN DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI


BAB 3
ELEMEN DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
                                                                                                                   
3.1 PEMIKIRAN MENGENAI TEORI
3.1.1 Jenis Struktur Teoretis
            Menurut Mario Bunge dalam ilmu lanjutan metascience kontemporer, “hokum” atau “rumusan hokum” menunjuk kepada suatu jenis hipotesis tertentu, yaitu non-tunggal, non-terisolasi, mengacu kepada suatu pola, serta membenarkan. Dan “teori” menunjuk kepada suatu sistem hipotesis, dimana rumusan hokum terlihat jelas di antaranya, sedemikian sehingga inti dari teori adalah suatu sistem dari rumusan hokum. Penggambaran sementara untuk meminimalkan kesimpulan: Sekumpulan hipotesis ilmiah adalah suatu teori ilmiah jika dan hanya jika ia mengacu kepada suatu permasalahan faktual tertentu dan setiap bagian dari kumpulan tersebut adalah suatu asumsi awal (aksioma, asumsi tambahan, atau datum) atau suatu kensekuensi logis dari satu atau lebih asumsi-asumsi awal.
            Unsur-unsur yang terkandung dalam teori adalah konsep, dalil, dan hipotesis yang saling berhubungan dalam suatu struktur sistematis yang memungkinkan diberikannya penjelasan dan prediksi. Hubungan yang sistematis dari hipotesis yang saling berhubungan ini diperoleh melalui formalisasi suatu teori, yaitu, dengan menggunakan sebuah sistem bahasa formal yang telah diaksiomasi dan diartikan dengan tepat. Aksiomasi itu sendiri terdiri atas aturan-aturan transformasi yang mengindikasikan bagaimana pernyataan-pernyataan dikombinasikan untuk mendeduksi pernyataan-pernyataan lain dalam teori ini.
            Perbedaan antara bahasa formal dengan bahasa asli menurut Shelby Hunt :
            Sistem bahasa formal berbeda dari bahasa asli di mana mereka mengidentifikasikan semua unsure-unsur primitif dan mengembangkan suatu “kamus” yang lengkap yang menunjukkan bagaimana semua istilah-istilah nonprimitif dihasilkan dari unsure-unsur primitif tadi.
            Tingkatan formalisasi dari suatu teori menghasilkan enam jenis utama struktur teoretis:
1.      Teori Deduktif Lengkap ( Deductively Complete theories) memiliki sebuah struktur formal yang lengkap dengan aksioma-aksioma yang telah dijelaskan secara penuh dan seluruh langkah-langkah dalam perluasan deduktifnya dinyatakan dengan lengkap.
2.      Teori Hierarki (Hierarchical Theories) adalah teori-teori di mana hukum-hukum komponennya disajikan sebagai deduksi-deduksi dari satu kumpulan kecil prinsip-prinsip dasar.
3.      Prapengandaian Sistematis (Systematic presuppositions) meliputi formulasi-formulasi yang mengandaikan sebelumnya suatu isi dari teori yang lengkap atau lengkap sebagian.
4.      Teori Kuasi-Deduktif (Quasi-Deductive Theories) adalah teori dengan deduktif kuasi (seolah-olah) karena menggunakan logika induktif, penggunaan proses deduktif yang tidak lengkap, atau mengandalkan pada primitive-primitif relatif.
5.      Percobaan-Percobaan Teoretis (Theoretical Attempts) adalah sistem-sistem yang dapat tanpa modifikasi yang signifikan pada konsep atau manipulasi, dapat dibuat paling tidak sebagian menjadi sebuah struktur formal atau sistem verbal yang bahkan sebagian daripadanya tidak dapat diformalisasi tanpa modifikasi yang substansial atau konsep-konsep yang digunakan dan klarifikasi dari hubungan deduktif yang diusulkan.
6.      Teori Yang Saling Berhubungan (Concatenated Theories) adalah teori yang hukum-hukum komponennya bekerja dalam jaringan hubungan sehingga membentuk suatu konfigurasi atau pola yang dapat diidentifikasi.


3.1.2 Fungsi Dan Struktur Teori
            Teori dapat diidentifikasikan melalui struktur dan fungsi yang dijalankannya. Baik struktur dan fungsidari suatu teori akan membantu memenuhi kebutuhan dari disiplin tertentu.
            Klasifikasi fungsi menurut John Harvard dan Sheth Jagdish:
1.      Fungsi Deskriptif (Descriptive Function) mencakup penggunaan gagasan atau konsep dan hubungan yang mereka miliki untuk memberikan penjelasan terbaik atas suatu fenomena dan kekuatan-kekuatan yang mendasarinya.
2.      Fungsi Pembatasan (Delimiting Function) mencakup pemilihan suatu kumpulan peristiwa favorit yang harus dijelaskan dan memberikan suatu arti atas abstraksi yang diformulasikan dari tahapan deskriptif tersebut.
3.      Fungsi Generatif (Generative Function) adalah kemampuan untuk menghasilkan hipotesis yang dapat diuji, yang merupakan tujuan utama dari suatu teori, atau untuk memberikan prasangka, pemikiran, dan ide-ide yang menjadi dasar pengembangan suatu hipotesis.
4.      Fungsi Integratif (Integrative Function) adalah kemampuan untuk menyajikan secara koheren dan konsisten, integrasi dan berbagai konsep dan hubungan dalam suatu teori.
5.      Tingkat Abstrak (Level Of Abstraction) meliputi penyederhanaan  dan  generalisasi konsep dan hubungan untuk menghilangkan fitur-fitur yang kurang relevan dalam menjelaskan suatu fenomena.

Permasalahan mengenai realism versus idealism mencerminkan dilema yang dihadapi oleh para peneliti dalam mengambil posisi “idealis” atau “realistis". Para realis berpikir bahwa dunia telah memberikan mereka satu struktur yang harus mereka temukan. Sedangkan para idealis meyakini bahwa tidak terdapat dunia realitas eksternal dan bahwa riset yang dilakukan adalah untuk menciptakan struktur dan bukan menemukannya serta para idealis berpikir bahwa kehidupan memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri.
Permasalahan mengenai objektivitas versus subjektivitas mencerminkan dilema yang dihadapi oleh para peneliti dalam memandang suatu konsep dan usulan secara objektif, yaitu dengan memberikan suatu arti yang umum, atau secara subjektif, yaitu memberikan mereka suatu arti pribadi yang unik. Objektivitas pada umumnya terjamin oleh penyedian data yang tergantung kepada pengukuran dalam arti fisik.
Permasalahan mengenai introspeksi versus ekstropeksi mencerminkan dilema yang dihadapi oleh peneliti berkenaan dengan apakah memformulasikan teori secara introspeksi, yaitu dari sudut pandang objek yang menjadi studi, atau secara ekstropeksi, yaitu dari sudut pandang peneliti sebagai seorang pengamat.
Tingkat formalitas muncul dari adanya kebutuhan dalam situasi tertentu untuk memberikan suatu teori formal secara khusus dan seragam mengintegrasikan seluruh aspek-aspek teori yang relevan.

3.1.3 Evaluasi Teori
            Suatu teori dievaluasi untuk membuktikan kecukupan dari permasalahan yang dikemukakannya. S.C. Dodd memilih 24 kriteria evaluasi yang paling relevan yang disusun dari yang paling penting :

Shelby Hunt mengklasifikasikan sebagian besar struktur yang mempunyaipokok isi sebagai suatu teori di bawah skema berikut ini: teoretis, definisional, klasifikasional, atau analitis konseptual.
Bunge menyajikan skema komprehensif yang terdiri atas 20 kriteria dalam evaluasi teori yang dikelompokkan menjadi: kriteria formal, kriteria semantik, kriteria epistemologi, kriteria metodologi, kriteria metafisika.

3.1.4 Teori Umum Versus Teori Menengah Tentang Akuntansi
            Suatu teori didefinisikan sebagai suatu gagasan (konsep), definisi, dan usulan yang saling bergantung satu sama lain, yang menyajikan suatu pandangan yang sistematis dari suatu fenomena.
            Istilah teori menengah telah diperkenalkan dan didefinisikan oleh Robert Merton sebagai teori yang berada di antara hipotesis-hipotesis minor namun sangat banyak dikembangkan selama riset dari hari ke hari dan usaha-usaha sistematis yang lengkap untuk mengembangkan suatu teoru yang menyatukan. Teori akuntansi menengah diakibatkan oleh adanya perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam cara para peneliti mengartikan baik “pengguna” dari data akuntansi maupun “lingkungan” di mana para pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya bertingkah laku.
3.2 PEMIKIRAN MENGENAI KONSEP
3.2.1 Hakikat Dan Pentingnya Konsep
            Konsep secara fundamental adalah sesuatu yang penting, baik dalam akuntansi maupun dalam ilmu-ilmu yang lain. Konsep adalah unit-unit utama dari suatu teori, dan pembuatan teori yang baik mengandung artian pembentukan konsep yang baik.
            Konsep teoretis adalah konsep yang memainkan peranan khusus dan terkandung dalam suatu teori tertentu.
            Konsep disposisi mengacu kepada suatu kecenderungan untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang spesifik menurut kondisi-kondisi tertentu yang dapat ditetapkan.

3.2.2 Validitas Konsep
            Validasi dari suatu konsep pada kenyataannya penting untuk penerimaannya sebagai suatu konsep yang bermanfaat yang dapat dimasukkan ke dalam suatu teori tertentu.
            Jenis-jenis validitas konsep yang terdapat dalam literature-literatur menurut Zaltman dan rekan-rekannya:
  1. Validitas Obsevasional
  2. Validitas isi
  3. Validitas yang berhubungan dengan kriteria : a. Validitas prediktif
b.      Validitas konkuren
  1. Validitas gagasan : a. Validitas konvergen
      b. Validitas diskriminan
      c. Validitas nomologi
     5.    Validitas sistematik
     6.    Validitas semantik
     7.    Validitas pengendalian

3.3 MENANGANI HIPOTESIS
3.3.1 Dari Dalil Ke Hipotesis
            Dalil dalam suatu teori menetapkan hubungan antara konsep-konsep dalam teori tersebut. Ditunjukkan oleh sebuah kalimat. Secara umum ciri-cirinya adalah angka dan tingkat predikat dan tingkat dari keumuman.
            Dalil dapat menjadi hipotesis jika mereka mengacu kepada fakta-fakta yang tidak berpengalam dan pada waktu yang bersamaan dapat diperbarui berdasarkan atas pengetahuan yang baru diperoleh.
            Suatu hipotesis, oleh karenanya, adalah dalil mengenai suatu hubungan yang kebenaran atau kesalahannya masih harus ditentukan oleh suatu ujian empiris.

3.3.2 Konfirmasi Atas Hipotesis
            Akuntansi memiliki subjek masalah yang jelas dan mencakup keseragaman dan keteraturan yang menjadi dasar dan kondusif bagi hubungan empiris, generalisasi otoritatif, konsep-konsep, prinseip, hukum, dan teori.
            Konfirmasi adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu menunjukkan kebenaran secara empiris, yaitu menggambarkan dunia nyata dengan akurat.
            Pembuktian kesalahan adalah sampai sejauh mana suatu hipotesis mampu menunjukkan bahwa ia secara empiris tidak benar, yaitu gagal untuk menggambarkan dunia nyata dengan akurat.
            Hipotesis yang semata-mata dapat dikonfirmasikan dating dari pernyataan-pernyataan eksistensial, yaitu pernyataan yang mengajukan eksistensi dari beberapa fenomena.
            Hipotesis yang semata-mata dapat disanggah dating dari hukum-hukum universal, yaitu pernyataan-pernyataan yang dapat mengambil bentuk dari persyaratan-persyaratan generalisasi yang universal.

3.3.3 Hakikat Dari Penjelasan
            Penjelasan adalah langkah vital dari seluruh jenis pertanyaan ilmiah. Ernest Nagel menyatakan bahwa “tujuan khusus dari suatu usaha ilmiah adalah untuk memberikan penjelasan yang sistematis dan didukung secara bertanggung jawab”.
            Syarat-syarat model-model penjelasan :
  1. Persyaratan akan relevansi penjelasan berarti bahwa model penjelasan harus bagaimanapun caranya menunjukkan bahwa fenomena yang akan dijelaskan adalah telah diekspektasikan mengingat kondisi-kondisi yang ada.
  2. Persyaratan akan kemampuan untuk diuji berarti bahwa penjelasan ilmiah harus dapat diuji secara empiris.

Model fungsional atau teleology-penjelasan menjawab pertanyaan “mengapa” atas suatu fenomena dengan mengacu kepada fungsi-fungsi tertentu dari fenomena tersebut.
Model genetik-penjelasan menjawab pertanyaan “mengapa” atas suatu fenomena dengan mengacu kepada suatu kondisi sebelumnya atau suatu urutan dari kondisi-kondisi sebelumnya.
Model pola menjawab pertanyaan “mengapa” dengan mencocokkan suatu fenomena ke dalam pola yang diketahui.
Model peristiwa-peristiwa individual menjelaskan pertanyaan “mengapa”  dengan mengacu kepada penjelasan-penjelasan I dividual sebagai penjelasnya.
Model empiris logis menjawab pertanyaan “mengapa” dengan tidak mengacu kepada peristiwa-peristiwa individual namun kepada generalisasi empiris yang menggolongkan dan secara induktif menggeneralisasi temuan-temuan yang ada.

3.3.4 Hakikat Dari Prediksi
            Prediksi dapat dilakukan dengan teknik-teknik ekstrapolasi, yang memprediksi suatu variabel atas dasar dari variabel itu sendiri, atau teknik-teknik asosiatif, yang memprediksi suatu variabel atas dasar dari variabel (-variabel) lain. Kriteria yang dikenal dalam evaluasi suatu prediksi antara lain adalah kemampuan untuk dapat dikonfirmasi atau disangkal, ruang lingkup, presisi, akurasi, dan kekuatan.

3.4 KONTEKS PENEMUAN
            Mimpi mungkin adalah salah satu prosedur penemuan yang memiliki peranan penting dalam penemuan ilmiah.
            Pendekatan deduktif adalah prosedur penemuan yang lainnya. Pendekatan deduktif terhadap penyusunan suatu teori apa pun dimulai dengan dalil-dalil dasar dan dilanjutkan untuk menghasilkan kesimpulan logis atas subjek yang dipermasalahkan. Langkah-langkah untuk menghasilkan suatu pendekatan deduktif adalah :
  1. Menyatakan tujuan dari laporan-laporan keuangan
  2. Memilih dalil-dalil akuntansi
  3. Menghasilkan prinsip-prinsip akuntansi
  4. Mengembangkan teknik-teknik akuntansi
Pendekatan induktif juga merupakan prosedur penemuan. Pendekatan induktif bagi penyusunan suatu teori dimulai dengan observasi-observasi serta pengukuran, dan selanjtnya bergerak ke arah generalisasi kesimpulan. Empat tahapan pendekatan induktif atas teori :
  1. Mencatat seluruh observasi yang dilakukan
  2. Menganalisis dan mengklasifikasikan observasi-observasi ini untuk mendeteksi adanya hubungan yang terus berulang
  3. Secara induktif menghasilkan generalisasi dan prinsip-prinsip akuntansi dari observasi-observasi yang menggambarkan hubungan yang terus berulang
  4. Menguji generalisasi tersebut

3.5 KESIMPULAN
            Pesan dari bab ini adalah bahwa riset akuntansi seharusnya adalah untuk mengembangkan suatu metodologi pemikiran yang kuat baik dalam penyusunan teori maupun pelaksanaan riset dasar dan terapan. Konsep-konsep dari filosofi keilmuan dan metateori akan terbukti sangat membantu sebagai alat dan sarana dalam metodologi pemikiran seperti itu.

Precious life student of Telkom Institut of Manajemen 2010

0 Response to "ELEMEN DAN STRUKTUR TEORI AKUNTANSI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel