Struktur Teori Akuntansi


Bab 7
Struktur Teori Akuntansi
7.1 HAKIKAT DARI STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apapun pendekatan dan metodologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi (deduktif, induktif, normative, deskriptif), kerangka referensi yang dihasilkan didasarkan pada sekelompok elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur dari suatu teori akuntansi terdiri atas elemen-elemen berikut ini:
Tampilan 7.1
struktur suatu teeori akuntansi
 










1.       Suatu pernyatan mengenai tujuan dari laporan keuangan.
2.       Suatu pernyataan dari dalil-dalil dan konsep teoritis dari akuntansi yang berkaitan dengan asumsi-asumsi lingkungan dan hakikat dari unit akuntansi tersebut.
3.       Suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dasar berdasarkan dalil-dalil maupun konsep teoritis tersebut.
4.       Sekelompok teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.
Tiga elemen daam teori akuntansi:
1.       Dalil-dalil akuntansi
2.       Konsep teoritis dari akuntansi
3.       Prinsip-prinsip akuntansi

7.2 HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
1. Dalil akuntansi (accounting postulate) adalah pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuaiannya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, social dan hukum dimana akuntansi harus beroperasi.
2. Konsep teoritis (theoretical concept) merupakan pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan kesesuainnya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang ditandai oleh kepemilikan pribadi atas property.
3.  Prinsip-prinsip akuntansi (accounting principles) adalah aturan pengambilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik akuntansi (accounting technique) adalah aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi tersebut.
7.3 DALIL-DALIL AKUNTANSI
7.3.1 Dalil Entitas (entity postulate)
Menganggap bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan dari perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, kejadian, dan atribut-atribut kejadian yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Dalil ini memungkinkan akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dengan transaksi pribadi. Batasan-batasan dari entitas ekonomi semacam itu dapat diidentifikasikan:
1.       Dengan menentukan individu atau kelompok yang berkepentingan; dan
2.       Dengan menetukan hakikat dari kepentingan individu atau kelompok tersebut.
7.3.2  Dalil Kelangsungan Usaha (going concern postulate)/ dalil kontinuitas
Menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyrk , komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak dapat ditentukan. Dengan demikian, laporan keuangan menyediakan suatu pandangan mengenai situasi keuangan dari perusahaan tersebut dan hanyalah merupakan sebagian dari serangkaian laporan kontinu. Dalil ini membenarkan penilaian aktiva menggunakan basis nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi. Dalil ini juga digunakan untuk mendukung teori manfaat (benefit theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal kepada suatu perusahaan.
7.3.3  Dalil Unit Pengukuran (unit-of-measure  postulate)
Menganggap bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan pengomunikasian aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang. Dalil ini mengimplikasikan dua keterbatasan utama dari akuntansi. Pertama, akuntansi terbatas pada prediksi dari informasi yang dinyatakan dalam satuan uang; akuntansi tidak mencatat maupun mengomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun informasi tersebut relevan. Pandangan ini mengarahkan untuk mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi yang “kuantitatif, formal, terstruktur, diaudit, numeric, dan berorientasi pada masa lalu” dan informasi nonakuntansi adalah informasi yang “kualitatif, informal, naratif, tidak diaudit, dan berorientasi pada masa depan.” Tetapi, definisi ini menunjukkan bahwa meskipun akuntansi adalah disiplin yang berkepentingan dengan pengukuran dan pengomunikasian aktivitas-aktivitas moneter, akuntansi telah diperluas ke bidang-bidang yang sebelunya dipandang bersifat kualitatif. Faktanya, sejumlah studi empiris mengacu pada relevansi informasi non-akuntansi dibandingkan dengan informasi akuntansi.
7.3.4  Dalil Periode akuntansi (accounting-period  postulate)
Dalil ini mengganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan perusahaan sebaiknya diungkapkan secara periodic. Durasi dari suatu periode dapat bervariasi, tetapi hokum pajak penghasilan, yang menentukan perubahan laba tahunan dan praktik bisnis tradisional menghasilkan periode waktu normal satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang sesuai dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun fiscal atau tahun bisnis “alami”. Ketika siklus bisnis tidak sesuai dengan tahun kalender, maka adalah lebih berarti untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis telah mencapai titik terendahnya. Dengan mengharuskan entitas untuk menyediakan laporan keuangan periodic jangka pendek, dalil periode akuntansi memberlakukan adanya akrual dan deferral (tangguhan), yang penerapannya merupakan perbedaan utama antara akuntansi akrual dengan akuntansi kas. Meskipun laporan keuangan jangka pendek mungkin bersifat arbitrer dan tidak terlalu akurat, kekeurangan semacam itu ditiadakan oleh signifikansinya bagi pengguna sehingga mengharuskan proses akuntansi untuk terus menghasilkannya.
7.4 KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
7.4.1 Teori kepemilikan (proprietary theory)
Menurut teori ini entitas adalah “agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi.” Tujuan utama dari teori kepemililkan adalah penentuan dan analisis dari “kekayaan bersih” (net worth) pemilik. Oleh karena itu, persamaan akuntansi adalah:
Aktiva – kewajiban = Ekuitas pemilik
Dengan kata lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban dapat dianggap sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai “berpusat pada” aktiva dan sebagai akibatnya berorientasi pada neraca. Aktiva dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau kekeyaan si pemilik. Pendapatan dan beban masing-masing dianggap sebagai kenaikan atau penurunan dalam kepemilikan yang tidak berasal dari investasi atau penarikan modal oleh pemilik. Dengan demikian laba bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah beban; dividen adalah penarikan modal.
7.4.2 Teori entitas (entity theory)
Teori ini memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang menyediakan modal bagi entutas tersebut. Sederhananya, unit bisnis, dan bukannya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggungjawab baik atas klaim pemilik maupun klaim kreditor. Oleh karena itu persamaan akuntansinya :
Aktiva = ekuitas
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham
Aktiva adalah hak yang menjadi milik entitas tersebut. Ekuitas mencerminkan sumber daya dari aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor maupun pemegang saham adalah pemilik entitas walaupun mereka memiliki hak yang berbeda dalam hal laba. Karena unit bisnis tersebut dianggap bertanggungjwab untuk memenuhi klaim dari pemegang ekuitas, maka teori entitas dikatakan sebagai “berpusat pada laba” dan konsekuensinya berorientasi pada laporan laba rugi.
7.4.2 Teori dana (fund theory)
Dalam teori ini dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva dan kewajiban yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva tersebut. Dengan demikian teori dana memandang unti bisnis sebagai unit yang terdiri atas sumber daya (dana) ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini. Persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva = Pembatasan Aktiva
Unit akuntansi didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaannya untuk mana aktiva tersebut dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian pembatasan hukum maupun ekonomi terhadap penggunaan aktiva tersebut. Oleh karena itu teori dana adalah “berpusat pada aktiva” dalam hal bahwa focus utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan yang sesuai atas aktiva. bukannya neraca atau laporan keuangan, melainkan laporan sumber dan penggunaan danalah yang merupakan tujuan utama dari pelaporan keuangan. Laporan ini mencerminkan pelaksanaan operasi perusahaan dalam hal sumber dan penggunaan dana.
7.5 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
7.5.1 Prinsip Biaya (Cost Principle)
Menurut prinsip ini, biaya perolehan/akuisisi (acquisition cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah amortisasi. Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pebgorbanan moneter yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut melibatkan aktiva nonmoneter, maka harga pertukatran adalah ekuivalen kas dari aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
7.5.2 Prinsip Pendapatan (Revenue Principle)
Prinsip ini menspesifikasi:
1.       Hakikat dari komponen-komponen pendapatan
2.       Pengukuran pendapatan; dan
3.       Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
Setiap fakta dari prinsip pendapatan menimbulkan masalah yang menarik dan controversial dalam teori akuntansi.
Hakikat dan Komponen-komponen Pendapatan
Pendapatan dapat diinterpretasikan sebagai:
1.       Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa;
2.       Arus keluar barang atau jasa dari persahaan ke pelanggannya; dan
3.       Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu.
Hendriksen mempertimbangkan bahwa:
1.       Konsep produk lebih superior dibandingkan dengan konsep arus keluar, yang lebih superior dibandingkan dengan konsep arus masuk; dan
2.       Konsep produk adalah netral dalam hal pengukuran (jumlah) dan penentuan waktu (tanggal pengakuan) dari pendapatan, tetapi konsep arus masuk membingungkan baik pengukuran maupun penentuan waktu dengan proses pendapatan.
Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur dalam hal nilai dari roduk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi “wajar”. Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang terdiskonto atas uang yang diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelangganya.
Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
Pada umumnya diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari siklus operasi (yaitu, selain penerimaan pesanan, produksi, penjualan, dan penagihan). Dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke tahapan yang berbeda dari siklus operasi akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih “kejadian penting” untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan laba.
7.5.3 Prinsip Pengaitan (Matcing Principle)
Prinsip ini menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan pendapatan terkait; yaitu pendapatn diakui dalam suatu periode tertentu menurut prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Asosiasi antara pendapatn dengan beban tergantung pada salah satu dari empat criteria berikur ini:
1.       Pengaitan langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatn.
2.       Pengaitan langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut.
3.       Alokasi biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut.
4.       Membebankan semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali ditunjukkan bahwa biaya tersebut memiliki manfaat masa depan.

7.5.4 Prinsip Objektivitas (objectivity Principle)
Prinsip ini digunakan untuk membenarkan pilihan prosedur pengukuran. Tetapi, prinsip objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda :
1.       Pengukuran objektif adalah ukuran yang bersifat “tidak memihak” dalam arti bahwa pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur.
2.       Pengukuran objektif adalah pengukuran variable dalam hal bahwa pengukran tersebut didasarkan pada bukti.
3.       Pengukuran objektif adalah hasil dari “kesepakatan” di antara sekelompok pengamat atau pengukur tertentu.
4.       Ukuran dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indicator dari tingakat objektivitas system pengukaran tertentu.
7.5.5 Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip ini menganggap bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari period eke periode. Penerapan konsep konsistensi membuat laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Secara serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi yang mungkin dari laporan keuangan dihindari dengan penerapan yang konsisten atas prosedur akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi adalah batasan pengguna untuk memfasilitasi keputusan pengguna dengan memastikan dapat diperbandingkannya laporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu, sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Prinsip konsistensi tidak menghalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur akuntansinya ketika hal tersebut dibenarkan oleh situasi yang berubah, atau jika prosedur alternative lebih baik. Sesuai APB Opinion no.20 perubahan yang membenarkan perubahan dalam prosedur adalah:
1.       Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi
2.       Perubahan dalam estimasi akuntansi
3.       Perubahan dalam entitas pelaporan
7.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure)
Prinsip ini mengharuskan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan.
7.5.7 Prinsip konservatisme (conservatism principle)
Merupakan suatu prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hak bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal. Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih dua atau lebih teknik akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang memiliki dampak paling tidak menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham.
7.5.8 Prinsip Materialitas (materiality principle)
Merupakan suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat ditangani secara sangat cepat, tanpa memeperdulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi sebagai pedoman implicit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan dalam laporan keuangansehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya pencatatan, akurasi laporan keuangan dan relevansi bagi pengguna.
7.5.9 Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas
Prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu, prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda.
7.5.10 Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi
Ketepatan waktu dari laba dan konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai sejauh mana laba akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang sementara laba ekonomi dan laba akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas mas depan smentara laba akuntansi menggunakan prinsip pengakuan untuk memasukkan perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada titik dekat dengan saat realisasi arus kas terjadi. Hubungan laba akuntansi dengan laba ekonomi mendefinisikan ketepatan waktunya sebagai berikut:
EARNit =a0j+a1jRETitit
Dimana:
EARNit = laba sebelum pos luar biasa, operasi yang dihentikan, dan pos-pos khusus yang dideflasi oleh nilai pasar awal tahun dari ekuitas perusahaan tertentu pada tahun t.
RETit = tingkat pengembalian sakham tahunan untuk tahun t.
7.6 KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
7.6.1 Pemikiran mengenai kebenaran dalam filosofi
Pengetahuan akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita mengetahui suatu proposisi, maka kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar. Suatu proposisi yang benar berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Kebenaran berkaitan dengan pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut dapat dinyatakan secara berbeda.
7.6.2 kemungkinan akan kebenaran dalam akuntansi
 a. kebenaran sebagai netralitas
untuk dapat melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Hal tersebut mungkin saja sulit. Pertama Kesulitannya adalah mengetahui fakta. Kedua kesulitan untuk menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak menggandung bias.
b. Kebenaran sebagi objektivitas
untuk menetapkan akurasi dari atribut-atribut yang diukur, akuntan telah mengandalkan prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan prosedur pilihan mereka. Tetapi, objektifitas telah memperoleh paling tidak empat arti yang mungkin.
c. kebenaran, objektivitas, dan keandalan
keandalan mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apa yang diwakili oleh data tersebut.” Keandalan sebagai tingalt objektifitas atau verifialibiliats datambah factor bias atau pemindahan. Jika rata-rata kuadrat dari deviasi digunakan sebagia ukuran keandalan, maka hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
Keandalan = objektivitas + bias

Atau
Rata-rata kuadrat dari deviasi = varians + pemindahan
d. kebenaran, objektifitas, dan kekerasan
bagian ini adalah perbandingan antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara objektivitas dengan tingkat kekerasan. Objektivitas dalam kasus ini adalah tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran dengan titik tengah u yang sama dengan varians 62 yang sama dalam hal adanya netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil dari pengukuran tersebut.
e. Kebenaran dan peran akuntansi
jenis kebenaran yang disampaikan dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen terhadap peran yang sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Kebenaran dalam akuntansi pada konteks tradisional adalah untuk menyediakan angka-angka akuntansi yang berguna dan diketahui berdasarkan aturan-aturan berbasis teknis.
f. mustahilnya kebenaran dalam akuntansi
kebenaran dalam akuntansi mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindarai kerahasiaan. Kerahasiaan adalah tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke public yang berkepentingan yang dapat memperoleh manfaat dari mengetahui hal tersebut.
7.7 KESIMPULAN
Aturan-aturan akuntansi yang ada saat ini didasarkan pada fondasi teori akuntansi. Fondasi ini terdiri atas elemen-elemen yang bersifat hierarki yang berfungsi sebagai kerangka referensi atau struktur teoritis. Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi formal hanyalah cerminan dari penerapan struktur teoritis akuntansi. Memperbaiki kandungan dan format dari laporan keuangan tentu saja terkait untuk memperbaiki struktur teoritis akuntansi. Yang paling terdepan dari agenda badan akuntansi sebaiknya merupakan formulasi dari elemen-elemen teori akuntansi yaitu tujuan akuntansi, dalil lingkungan, konsep teoritis , dan prinsip akuntansi.
Precious life student of Telkom Institut of Manajemen 2010

0 Response to "Struktur Teori Akuntansi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel