MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PIUTANG USAHA
TUGAS AUDITING
II
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM
SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PIUTANG USAHA
Oleh Kelompok 7:
1.
Alfin Dendrianto (108200053)
2.
Muhammad Ridwan H. (108200125)
3.
M. Ikhsan Suganda (110200018)
4.
Seh Wahyu Lestari (110200105)
INSTITUT MANAJEMEN TELKOM
Jalan Telekomunikasi No.1 Bandung
2013
A. Metodologi Untuk Merancang
Pengujian Atas Rincian Saldo
Gambar di atas
menunjukkan metodologi yang harus diikuti auditor dalam merancang pengujian
atas rincian saldo yang tepat bagi piutang usaha. Metodologi ini behubungan
langsung dengan kertas kerja perencanaan bukti yang diperkenalkan pertama kali
pada bab sebelumnya.
Bukti yang tepat akan
diperoleh dari pengujian atas rincian saldo berdasarkan tujuan per tujuan.
Contoh : auditor harus mengevaluasi potensi tejadinya kecurangan dan
mempertimbangkan risiko inheren yang bisa saja bervariasi menurut tujuannnya. Auditor
juga harus mempertimbangkan hasil pengujian substantive atas penjualan dan
penerimaan kas.
Dalam merancang
pengujian auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit. Jika
diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal tersebut disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
piutang usaha sebagai berikut:
1.
Piutang usaha dalam neraca saldo harus
sama dengan jumlah file induk terkait serta sama dengan buku besar umum. (detail tie-in)
2.
Piutang usaha yang dicatat ada.
(keberadaan)
3.
Piutang usaha yang ada telah
dicantumkan. (kelengkapan)
4.
Piutang usaha sudah akurat.(keakuratan)
5.
Piutang
usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)
6.
Pisah batas piutang usaha sudah benar.
(pisah batas)
7.
Piutang usaha dinyatakan pada nilai
realisasi. (nilai realisasi)
8.
Klien memiliki hak atas piutang usaha.
(hak)
Kolom dalam kertas
kerja perencanaan harus mencantumkan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Auditor menggunakan factor-faktor tersebut untuk menilai risiko deteksi yang
direncanakan bagi piutang usaha menurut tujuannya.
Mengidentifikasi
Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Pemahaman
mengenai industry dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan
manajemen digunakan untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan,
yang dapat mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh
karena itu auditor harus melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan
kenaikan risiko salah saji piutang usaha.
Ketika
mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam piutang usaha,
auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang usaha. Contoh : auditor
dapat meningkatkan risiko inheren untuk nilai realisasi bersih piutang usaha.
Menetapkan
Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Auditor
harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan
secara keseluruhan dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan
ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus
piutang usaha merupakan salah satu akun yang paling material, bahkan untuk
saldo piutang yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan
penagihan yang mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat signifikan.
Auditor harus
mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu menyangkut pengakuan
pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian risiko inheren oleh auditor
untuk tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau eksistensi, pisah batas penjualan,
serta pisah batas retur dan pengurangan penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk
menyalahsajikan pisah batas baik karena kesalahan maupun karena kecurangan.
Juga sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan secara tidak sengaja atau
secara sengaja penyisihan piutang tak tertagih (nilai realisasi) karena sulit
menentukan saldo yang benar.
Menilai
Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan
dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait setidaknya harus cukup efektif
karena manajemen sangat menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan
hubungan baik dengan pelanggan. Auditor harus memperhatikan tiga aspek
pengendalian internal:
1.
Pengendalian yang mencegah atau
mendeteksi penggelapan
2.
Pengendalian terhadap pisah batas
3.
Pengendalian yang terkait dengan
penyisihan piuang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko
pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dengan tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang
direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo. Contoh
: auditor menyimpulka bahwa risiko pengendalian untuk transaksi penjualan
maupun penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi keakuratan. Karena itu, auditor dapat menyimpulkan bahwa pengendalian
bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo keakuratan untuk piutang usaha
sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang mempengaruhi piutang usaha
adalah penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan pengurangan penjualan serta
penghapusan piutang usaha tak tertagih berjumlah signifikan, penilaian risiko
pengendalian juga harus dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut.
Gambar
16-2
Hubungan
Antara tujuan Audit yang Berkaitan Dengan Transaksi untuk Siklus Penjualan dan
Penagihan dengan Tujuan Audit yang Berkaitan Dengan saldo untuk Piutang Usaha.
Dua aspek hubungan yang disajikan dalam
gambar 16-2 perlu disinggung secara khusus:
1. Untuk
penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian
mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi/keberadaan.
Akan tetapi untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi-keterjadian mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo-kelengkapan. Penyebab kesimpulan mengejutkan bahwa kenaikan penjualan
meningkatkan piutang usaha tetapi kenaikan penerimaan kas justru menurunkan
pitang usaha. Contoh :pencatatan penjualan sebenarnya tidak ada melanggar
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-keterjadian dan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo-eksistensi (keduannya lebih saji). Pencatatan penerimaan
kas yang sebenarnya tidak ada melanggar tujuan audit yang berkaitan
transaksi-keterjadian maupun tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo-kelengkapan untuk piutang usaha, karena piutang yang masih beredar tidak
lagi dicantumkan dalam catatan.
2. Tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak, serta
tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh
penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut, auditor harus
mengidentifikasi dan menguji pengendalian secara terpisah demi mendukung
tujuan-tujuan tersebut.
Merancang
dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
(Tahap II).
Bab sebelumnya membahas prosedur audit
untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi,
memutuskan ukuran sampel, dan mengevaluasi hasil pengujian-pengujian tersebut.
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Auditor
menggunakan hasil pengujian untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang
direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
piutang usaha.
Merancang
dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis sering kali dilakukan
selama tiga tahap audit: perencanaan, ketika melaksanakan pengujian yang terinci,
dan sebagai bagian dari penyelesaian audit. Sebagian besar prosedur analitis
yang dilaksanakan selama tahap pengujian dilakukan setelah tanggal neraca
tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur
analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya
piutang usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat antara akun-akun laporan
laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji yang mungkin
terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan prosedur
analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.
Jika prosedur analitis dalam siklus
penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus
melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon manajemen harus
dievaluasi secara kritis.
Merancang
dan Melaksanakan pengujian atas Rincian Saldo Piutang Usaha (Tahap III)
Pengujian rincian saldo yang tepat
tercantum pada kertas kerja perencanaan Gambar 16-7. Risiko deteksi
ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan keputusan
subjektif auditor setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai mengenai
setiap factor yang tercantum. Tugas menhubungkan factor yang direncanakan
sangatlah kompleks karena pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti audit
yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan.
Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi,
sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai, ukuran
sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.
A.
B. KONFIRMASI
PIUTANG USAHA
Adalah konsep yang
terus berulang dalam pembahasan kita mengenai perancangan pengujian atas
rincian saldo piutang usaha. Intinya lebih menekankan pada konfirmasi itu
disini, seolah-olah sebagai bukti yang bisa diandalkan. Tujuannya adalah untuk
memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas.
Standar auditing
mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS 67 (AU
330) menyediakan 3 pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi :
1.
Piutang usaha tidak material. Hal ini
sudah umum bagi perusahaan tertentu
seperti toko diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan
kartu kredit.
2.
Auditor mempertimbangkan konfirmasi
bukti yang tidak efektif karena tingkat responsnya kemungkinan tidak akan
memadai atau tidak dapat diandalkan.
3.
Gabungan tingkat risiko inheren dan
resiko pengendalian rendah dan bukti substantif lainnya dapat diakumulasi untuk
menyediakan bukti yang mencukupi.
Dalam melakukan
prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi yang
akan digunakan.
1. Konfirmasi
positif, adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk
mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan
konfirmasi itu benar atau salah.
2. Formulir
konfirmasi yang kosong adalah jenis konfirmasi positif yang tidak
menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi
saldo atau melengkapi informasi lainnya.
3.
Konfirmasi faktur adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap
faktur akan dikonfirmasi,dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara
keseluruhan.
4. Konfirmasi
negatif juga ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika
debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.
Penentuan jenis
konfirmasi mana yang akan digunakan berada ditangan auditor, dan harus
berdasarkan fakta dalam audit. SAS 67 menyatakan bahwa penggunaan konfirmasi
negatif hanya diterima jika seluruh situasi
berikut tersedia :
1. Piutang usaha tercipta dari
jumlah besar akun-akun yang kecil.
2. Penilaian risiko pengendalian dan
risiko inheren gabungan adalah rendah
3. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa
penerima konfirmasi tidak mungkin memberikan pertimbangannya.
Konfirmasi negatif
sering kali digunakan untuk mengaudit rumah sakit, toko ritel, bank dan
industri lainnya dimana piutang berasal dari masyarakat umu. Bukti yang paling
dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu
dikirim sedekat mungkin dengan tanggal
nercaca. Hal ini akan memungkinkan auditor untuk menguji secara langsung saldo
piutang usaha pada laporan keuangan tanpa harus membuat kesimpulan apapun
mengenai transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dengan tanggal
neraca. Akan tetapi sebagai cara untuk menyelesaikan audit secara tepat waktu,
auditor juga perlu mengkonfirmasi pada tanggal inherim.
Ukuran
sampel
Faktor utama yang mempengaruhi ukuran
sampel untuk mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam beberapa kategori dan
mencakup hal-hal berikut:
1. Salah saji yang ditoleransi
2. Risiko inheren ( ukuran relatif total
piutang usaha, jumlah akun, hasil tahun sebelum nya dan salah saji yang
diterapkan )
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari
pengujian substantif lainnya (luas dan hasil pengujian substantif atas
transaksi, prosedur analitis dan
pengujian yang terinci lainnya)
5. Jenis konfirmasi negatif (biasanya
memerlukan sampel)
Pemilihan item untuk
pengujian, akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian besar
konfirmasi .dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo yang
akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik nilai dolar setiap piutang
maupun lamanya piutang yang beredar.
Penerimaan kas
selanjutnya, bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi meliputi
pemeriksaan remittance advice,ayat
jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin kredit selanjutnya dalam file
induk piutang usaha. Salinan faktur penjualan, hal ini bermanfaat dalam
memverifikasi penerbitan faktur penjualan aktual dan tanggal penagihan actual. Dokumen
pengiriman, hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah
benar-benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas. Korespondensi dengan
klien, biasanya auditor tidak perlu mereview
korespondensi sebagai bagian dari prosedur alternatif,tetapi
korespondensi dapat digunakan untuk mengungkapkan piutang yang diperselisihkan
dan yang meragukan yang tidak terungkap oleh cara lainnya. Barang yang telah
dikembalikan, kelalaian klien untuk mencatat memo kredit dapat diakibatkan oleh
perbedaan waktu atau pencatatan retur dan pengurangan penjualan yang tidak
tepat. Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan, jenis perbedaan yang
paling mungkin dilaporkan dalam catatan klien adalah jika pelanggan menyatakan
bahwa ada kesalahan harga yang dikenakan untuk barang,barang rusak ,kuantitas
barang yang belum diterima dan sebagainya.
C.
Mengembangkan
Pengujian Program audit yang terinci
Untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program
audit untuk pengujian yang terinci dalam siklus penjualan dan penagihan, kita
akan menggunakan Hillsburg Hardware Co.
Auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan
bukti yang disajikan pada gambar 16-7 sebagai alat bantu untuk membantunya
memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber setiap
baris adalah sebagai berikut:
·
Salah saji yang dapat ditoleransi.
·
Risiko audit yang dapat diterima.
·
Risiko inheren.
·
Risiko pengendalian.
·
Hasil pengujian subtantif atas transaksi.
·
Prosedur analitis.
·
Risiko deteksi yang direncanakan.
0 Response to "MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN: PIUTANG USAHA"
Post a Comment