Struktur Teori Akuntansi
Bab 7
Struktur Teori Akuntansi
7.1 HAKIKAT DARI
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI
Apapun pendekatan dan metodologi
yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi (deduktif, induktif,
normative, deskriptif), kerangka referensi yang dihasilkan didasarkan pada sekelompok
elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur dari
suatu teori akuntansi terdiri atas elemen-elemen berikut ini:
Tampilan 7.1
struktur suatu teeori
akuntansi
1.
Suatu pernyatan mengenai tujuan dari laporan
keuangan.
2.
Suatu pernyataan dari dalil-dalil dan konsep
teoritis dari akuntansi yang berkaitan dengan asumsi-asumsi lingkungan dan
hakikat dari unit akuntansi tersebut.
3.
Suatu pernyataan mengenai prinsip-prinsip
akuntansi dasar berdasarkan dalil-dalil maupun konsep teoritis tersebut.
4.
Sekelompok teknik akuntansi yang diturunkan dari
prinsip-prinsip akuntansi.
Tiga elemen daam teori akuntansi:
1.
Dalil-dalil akuntansi
2.
Konsep teoritis dari akuntansi
3.
Prinsip-prinsip akuntansi
7.2 HAKIKAT DARI DALIL, KONSEP TEORITIS, DAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
1. Dalil akuntansi (accounting postulate) adalah
pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan
kesesuaiannya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan lingkungan
ekonomi, politik, social dan hukum dimana akuntansi harus beroperasi.
2. Konsep teoritis (theoretical concept) merupakan
pernyataan atau aksioma yang sangat jelas, umumnya diterima berdasarkan
kesesuainnya terhadap tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan hakikat dari
entitas akuntansi yang beroperasi dalam suatu perekonomian bebas yang ditandai
oleh kepemilikan pribadi atas property.
3.
Prinsip-prinsip akuntansi (accounting
principles) adalah aturan
pengambilan keputusan umum, yang diturunkan baik dari tujuan maupun konsep
teoritis akuntansi yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.
4. Teknik akuntansi (accounting technique) adalah
aturan-aturan khusus yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi yang
menerangkan transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian tertentu yang dihadapi
oleh entitas akuntansi tersebut.
7.3 DALIL-DALIL AKUNTANSI
7.3.1 Dalil Entitas (entity postulate)
Menganggap
bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah dan berbeda
dari pemiliknya dan dari perusahaan-perusahaan lain. Dalil ini mendefinisikan
bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, kejadian, dan
atribut-atribut kejadian yang akan dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Dalil
ini memungkinkan akuntan untuk membedakan antara transaksi bisnis dengan
transaksi pribadi. Batasan-batasan dari entitas ekonomi semacam itu dapat
diidentifikasikan:
1. Dengan
menentukan individu atau kelompok yang berkepentingan; dan
2. Dengan
menetukan hakikat dari kepentingan individu atau kelompok tersebut.
7.3.2 Dalil Kelangsungan Usaha (going concern postulate)/ dalil kontinuitas
Menganggap
bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk
merealisasikan proyrk , komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan. Dalil
ini mengasumsikan bahwa entitas tersebut tidak diharapkan akan dilikuidasi di
masa depan atau bahwa entitas tersebut akan berlanjut sampai periode yang tidak
dapat ditentukan. Dengan demikian, laporan keuangan menyediakan suatu pandangan
mengenai situasi keuangan dari perusahaan tersebut dan hanyalah merupakan
sebagian dari serangkaian laporan kontinu. Dalil ini membenarkan penilaian
aktiva menggunakan basis nonlikuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi
depresiasi. Dalil ini juga digunakan untuk mendukung teori manfaat (benefit
theory). Harapan akan manfaat masa depan mendorong manajer untuk melihat ke
depan dan memotivasi investor untuk membuat komitmen modal kepada suatu
perusahaan.
7.3.3 Dalil Unit Pengukuran (unit-of-measure postulate)
Menganggap
bahwa akuntansi adalah proses pengukuran dan pengomunikasian aktivitas
perusahaan yang dapat diukur dalam satuan uang. Dalil ini mengimplikasikan dua
keterbatasan utama dari akuntansi. Pertama, akuntansi terbatas pada prediksi
dari informasi yang dinyatakan dalam satuan uang; akuntansi tidak mencatat
maupun mengomunikasikan informasi nonmoneter lainnya walaupun informasi
tersebut relevan. Pandangan ini mengarahkan untuk mendefinisikan informasi
akuntansi sebagai informasi yang “kuantitatif, formal, terstruktur, diaudit,
numeric, dan berorientasi pada masa lalu” dan informasi nonakuntansi adalah
informasi yang “kualitatif, informal, naratif, tidak diaudit, dan berorientasi
pada masa depan.” Tetapi, definisi ini menunjukkan bahwa meskipun akuntansi adalah
disiplin yang berkepentingan dengan pengukuran dan pengomunikasian
aktivitas-aktivitas moneter, akuntansi telah diperluas ke bidang-bidang yang
sebelunya dipandang bersifat kualitatif. Faktanya, sejumlah studi empiris
mengacu pada relevansi informasi non-akuntansi dibandingkan dengan informasi
akuntansi.
7.3.4 Dalil Periode akuntansi (accounting-period postulate)
Dalil ini
mengganggap bahwa laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kekayaan
perusahaan sebaiknya diungkapkan secara periodic. Durasi dari suatu periode
dapat bervariasi, tetapi hokum pajak penghasilan, yang menentukan perubahan
laba tahunan dan praktik bisnis tradisional menghasilkan periode waktu normal
satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang
sesuai dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun fiscal atau
tahun bisnis “alami”. Ketika siklus bisnis tidak sesuai dengan tahun kalender,
maka adalah lebih berarti untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas
bisnis telah mencapai titik terendahnya. Dengan mengharuskan entitas untuk
menyediakan laporan keuangan periodic jangka pendek, dalil periode akuntansi
memberlakukan adanya akrual dan deferral (tangguhan), yang penerapannya
merupakan perbedaan utama antara akuntansi akrual dengan akuntansi kas.
Meskipun laporan keuangan jangka pendek mungkin bersifat arbitrer dan tidak
terlalu akurat, kekeurangan semacam itu ditiadakan oleh signifikansinya bagi
pengguna sehingga mengharuskan proses akuntansi untuk terus menghasilkannya.
7.4 KONSEP TEORITIS DARI AKUNTANSI
7.4.1 Teori kepemilikan (proprietary theory)
Menurut teori
ini entitas adalah “agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan
individual atau pemegang saham beroperasi.” Tujuan utama dari teori
kepemililkan adalah penentuan dan analisis dari “kekayaan bersih” (net worth) pemilik. Oleh karena itu,
persamaan akuntansi adalah:
Aktiva
– kewajiban = Ekuitas pemilik
Dengan kata
lain, pemilik mempunyai aktiva dan kewajiban. Jika kewajiban dapat dianggap
sebagai aktiva negative, teori kepemilikan dapat dikatakan sebagai “berpusat
pada” aktiva dan sebagai akibatnya berorientasi pada neraca. Aktiva dinilai dan
neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau kekeyaan si
pemilik. Pendapatan dan beban masing-masing dianggap sebagai kenaikan atau
penurunan dalam kepemilikan yang tidak berasal dari investasi atau penarikan
modal oleh pemilik. Dengan demikian laba bersih atas utang dan pajak
penghasilan perusahaan adalah beban; dividen adalah penarikan modal.
7.4.2 Teori entitas (entity theory)
Teori ini
memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari mereka yang
menyediakan modal bagi entutas tersebut. Sederhananya, unit bisnis, dan
bukannya pemilik, yang menjadi pusat dari kepentingan akuntansi. Unit bisnis
memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggungjawab baik atas klaim pemilik
maupun klaim kreditor. Oleh karena itu persamaan akuntansinya :
Aktiva
= ekuitas
Aktiva
= Kewajiban + Ekuitas Pemegang saham
Aktiva adalah
hak yang menjadi milik entitas tersebut. Ekuitas mencerminkan sumber daya dari
aktiva dan terdiri atas kewajiban dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor
maupun pemegang saham adalah pemilik entitas walaupun mereka memiliki hak yang
berbeda dalam hal laba. Karena unit bisnis tersebut dianggap bertanggungjwab
untuk memenuhi klaim dari pemegang ekuitas, maka teori entitas dikatakan
sebagai “berpusat pada laba” dan konsekuensinya berorientasi pada laporan laba
rugi.
7.4.2 Teori dana (fund theory)
Dalam teori ini
dasar akuntansi bukanlah pemilik maupun entitas, melainkan sekelompok aktiva
dan kewajiban yang terkait, yang disebut dana, yang mengatur penggunaan aktiva
tersebut. Dengan demikian teori dana memandang unti bisnis sebagai unit yang
terdiri atas sumber daya (dana) ekonomi dan kewajiban serta pembatasan yang
terkait dengan penggunaan dari sumber daya ini. Persamaan akuntansinya adalah:
Aktiva
= Pembatasan Aktiva
Unit akuntansi
didefinisikan sebagai aktiva dan penggunaannya untuk mana aktiva tersebut
dikomitmenkan. Kewajiban mewakili serangkaian pembatasan hukum maupun ekonomi
terhadap penggunaan aktiva tersebut. Oleh karena itu teori dana adalah
“berpusat pada aktiva” dalam hal bahwa focus utamanya adalah pada administrasi
dan penggunaan yang sesuai atas aktiva. bukannya neraca atau laporan keuangan,
melainkan laporan sumber dan penggunaan danalah yang merupakan tujuan utama
dari pelaporan keuangan. Laporan ini mencerminkan pelaksanaan operasi
perusahaan dalam hal sumber dan penggunaan dana.
7.5 PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI
7.5.1 Prinsip Biaya (Cost Principle)
Menurut prinsip
ini, biaya perolehan/akuisisi (acquisition
cost) atau biaya historis adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui
akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata
lain suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada tanggal akuisisi dan
dicatat dalam laporan keuangan pada nilai itu atau pada nilai setelah
amortisasi. Biaya mencerminkan harga pertukaran dari, atau pebgorbanan moneter
yang diberikan untuk akuisisi dari, barang atau jasa. Jika pengorbanan tersebut
melibatkan aktiva nonmoneter, maka harga pertukatran adalah ekuivalen kas dari
aktiva atau jasa yang diserahkan. Prinsip biaya juga dapat diterapkan terhadap
pengukuran transaksi kewajiban dan modal.
7.5.2 Prinsip Pendapatan (Revenue Principle)
Prinsip ini
menspesifikasi:
1. Hakikat
dari komponen-komponen pendapatan
2. Pengukuran
pendapatan; dan
3. Penentuan
waktu dari pengakuan pendapatan
Setiap fakta
dari prinsip pendapatan menimbulkan masalah yang menarik dan controversial
dalam teori akuntansi.
Hakikat dan Komponen-komponen Pendapatan
Pendapatan
dapat diinterpretasikan sebagai:
1. Arus
masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa;
2. Arus
keluar barang atau jasa dari persahaan ke pelanggannya; dan
3. Produk
perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama
periode waktu tertentu.
Hendriksen mempertimbangkan bahwa:
1. Konsep
produk lebih superior dibandingkan dengan konsep arus keluar, yang lebih
superior dibandingkan dengan konsep arus masuk; dan
2. Konsep
produk adalah netral dalam hal pengukuran (jumlah) dan penentuan waktu (tanggal
pengakuan) dari pendapatan, tetapi konsep arus masuk membingungkan baik
pengukuran maupun penentuan waktu dengan proses pendapatan.
Pengukuran pendapatan
Pendapatan
diukur dalam hal nilai dari roduk atau jasa yang dipertukarkan dalam transaksi
“wajar”. Nilai ini mewakili ekuivalen kas bersih atau nilai sekarang
terdiskonto atas uang yang diterima dalam pertukaran dengan produk atau jasa
yang ditransfer oleh perusahaan kepada pelangganya.
Penentuan waktu dari pengakuan pendapatan
Pada umumnya
diakui bahwa pendapatan dan laba diperoleh sepanjang seluruh tahapan dari
siklus operasi (yaitu, selain penerimaan pesanan, produksi, penjualan, dan
penagihan). Dengan adanya kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan dan laba ke
tahapan yang berbeda dari siklus operasi akuntan menggunakan prinsip realisasi
untuk memilih “kejadian penting” untuk penentuan waktu pendapatan dan pengakuan
laba.
7.5.3 Prinsip Pengaitan (Matcing Principle)
Prinsip ini
menganggap bahwa beban sebaiknya diakui dalam periode yang sama dengan
pendapatan terkait; yaitu pendapatn diakui dalam suatu periode tertentu menurut
prinsip pendapatan, dan beban terkait kemudian diakui. Asosiasi antara
pendapatn dengan beban tergantung pada salah satu dari empat criteria berikur
ini:
1. Pengaitan
langsung dari biaya yang habis masa berlakunya dengan suatu pendapatn.
2. Pengaitan
langsung dari biaya yang telah habis masa berlakunya pada periode tersebut.
3. Alokasi
biaya sepanjang periode yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut.
4. Membebankan
semua biaya lainnya dalam periode terjadinya, kecuali ditunjukkan bahwa biaya
tersebut memiliki manfaat masa depan.
7.5.4 Prinsip Objektivitas (objectivity Principle)
Prinsip ini
digunakan untuk membenarkan pilihan prosedur pengukuran. Tetapi, prinsip
objektivitas memiliki interpretasi yang berbeda :
1. Pengukuran
objektif adalah ukuran yang bersifat “tidak memihak” dalam arti bahwa
pengukuran tersebut bebas dari bias pribadi si pengukur.
2. Pengukuran
objektif adalah pengukuran variable dalam hal bahwa pengukran tersebut didasarkan
pada bukti.
3. Pengukuran
objektif adalah hasil dari “kesepakatan” di antara sekelompok pengamat atau
pengukur tertentu.
4. Ukuran
dari penyebaran distribusi pengukuran dapat digunakan sebagai indicator dari
tingakat objektivitas system pengukaran tertentu.
7.5.5 Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Prinsip ini menganggap
bahwa kejadian ekonomi yang serupa sebaiknya dicatat dan dilaporkan dengan cara
yang konsisten dari period eke periode. Penerapan konsep konsistensi membuat
laporan keuangan menjadi lebih dapat diperbandingkan dan lebih berguna. Secara
serupa, distorsi laba dan jumlah neraca serta manipulasi yang mungkin dari
laporan keuangan dihindari dengan penerapan yang konsisten atas prosedur
akuntansi sepanjang waktu. Oleh karena itu, konsistensi adalah batasan pengguna
untuk memfasilitasi keputusan pengguna dengan memastikan dapat
diperbandingkannya laporan keuangan dari suatu perusahaan sepanjang waktu,
sehingga meningkatkan kegunaan dari laporan tersebut. Prinsip konsistensi tidak
menghalangi suatu perusahaan untuk mengubah prosedur akuntansinya ketika hal
tersebut dibenarkan oleh situasi yang berubah, atau jika prosedur alternative
lebih baik. Sesuai APB Opinion no.20 perubahan yang membenarkan perubahan dalam
prosedur adalah:
1. Perubahan
dalam prinsip-prinsip akuntansi
2. Perubahan
dalam estimasi akuntansi
3. Perubahan
dalam entitas pelaporan
7.5.6 Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure)
Prinsip ini
mengharuskan keuangan dirancang dan disusun untuk menggambarkan secara akurat
kejadian-kejadian ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan selama periode
berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi guna membuatnya berguna
dan tidak menyesatkan bagi investor kebanyakan.
7.5.7 Prinsip konservatisme (conservatism principle)
Merupakan suatu
prinsip pengecualian atau modifikasi dalam hak bahwa prinsip tersebut bertindak
sebagai batasan terhadap penyajian data akuntansi yang relevan dan andal.
Prinsip konservatisme menganggap bahwa ketika memilih dua atau lebih teknik
akuntansi yang berlaku umum, suatu preferensi ditunjukkan untuk opsi yang
memiliki dampak paling tidak menguntungkan bagi ekuitas pemegang saham.
7.5.8 Prinsip Materialitas (materiality principle)
Merupakan suatu
prinsip pengecualian atau modifikasi. Prinsip tersebut menganggap bahwa
transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang tidak signifikan dapat
ditangani secara sangat cepat, tanpa memeperdulikan apakah hal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Materialitas berfungsi
sebagai pedoman implicit bagi akuntan dalam hal apa yang sebaiknya diungkapkan
dalam laporan keuangansehingga memungkinkan akuntan tersebut untuk memutuskan
apa yang tidak penting atau apa yang tidak menjadi masalah berdasarkan biaya
pencatatan, akurasi laporan keuangan dan relevansi bagi pengguna.
7.5.9 Prinsip Keseragaman dan
Komparabilitas
Prinsip
konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama untuk
transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu,
prinsip keseragaman mengacu pada penggunaan prosedur yang sama oleh
perusahaan-perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah untuk
mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keragaman yang
diciptakan oleh penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan-perusahaan
yang berbeda.
7.5.10 Ketepatan waktu dari laba dan
konservatisme akuntansi
Ketepatan waktu
dari laba dan konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai sejauh mana laba
akuntansi periode sekarang memasukkan laba ekonomi periode sekarang sementara
laba ekonomi dan laba akuntansi yang dijumlahkan selama umur dari perusahaan
adalah identik, keduanya berbeda dalam jangka pendek. Laba ekonomi segera
mengakui perubahan dalam perkiraan nilai sekarang atas arus kas mas depan
smentara laba akuntansi menggunakan prinsip pengakuan untuk memasukkan
perubahan yang sama secara perlahan-lahan sejalan dengan waktu, umumnya pada
titik dekat dengan saat realisasi arus kas terjadi. Hubungan laba akuntansi
dengan laba ekonomi mendefinisikan ketepatan waktunya sebagai berikut:
EARNit
=a0j+a1jRETit+ԑit
Dimana:
EARNit =
laba sebelum pos luar biasa, operasi yang dihentikan, dan pos-pos khusus yang
dideflasi oleh nilai pasar awal tahun dari ekuitas perusahaan tertentu pada
tahun t.
RETit =
tingkat pengembalian sakham tahunan untuk tahun t.
7.6 KEBENARAN DALAM AKUNTANSI
7.6.1 Pemikiran mengenai kebenaran dalam
filosofi
Pengetahuan
akan proposisi muncul dari kebenarannya. Jika kita mengetahui suatu proposisi,
maka kita mengetahui bahwa hal itu adalah benar. Suatu proposisi yang benar
berkaitan dengan suatu kondisi masalah yang terjadi. Kebenaran berkaitan dengan
pelaporan dari kejadian atau terdapatnya kondisi masalah. Kebenaran tersebut
dapat dinyatakan secara berbeda.
7.6.2 kemungkinan akan kebenaran dalam
akuntansi
a. kebenaran sebagai netralitas
untuk dapat
melaporkan kebenaran, akuntansi perlu menghindari dimasukkannya bias. Hal
tersebut mungkin saja sulit. Pertama Kesulitannya adalah mengetahui fakta.
Kedua kesulitan untuk menggambarkannya. Sekarang sangat dipahami bahwa catatan
kejadian tidak dapat dipisahkan dari si pencatat. Tidak ada sejarah yang tidak
menggandung bias.
b. Kebenaran
sebagi objektivitas
untuk
menetapkan akurasi dari atribut-atribut yang diukur, akuntan telah mengandalkan
prinsip objektivitas sebagai suatu cara untuk membenarkan prosedur pilihan
mereka. Tetapi, objektifitas telah memperoleh paling tidak empat arti yang
mungkin.
c. kebenaran,
objektivitas, dan keandalan
keandalan
mengacu pada “kualitas yang memungkinkan pengguna data untuk mengandalkannya
dengan penuh keyakinan sebagai perwakilan dari apa yang diwakili oleh data
tersebut.” Keandalan sebagai tingalt objektifitas atau verifialibiliats
datambah factor bias atau pemindahan. Jika rata-rata kuadrat dari deviasi
digunakan sebagia ukuran keandalan, maka hubungan tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut :
Keandalan
= objektivitas + bias
Atau
Rata-rata
kuadrat dari deviasi = varians + pemindahan
d. kebenaran, objektifitas, dan
kekerasan
bagian ini adalah perbandingan
antara berbagai kelompok akuntan yang berbeda. Hubungan tersebut adalah antara
objektivitas dengan tingkat kekerasan. Objektivitas dalam kasus ini adalah
tingkat kesepakatan yang tinggi antara beragam kelompok akuntan, dalam pengertian
bahwa kelompok akuntan yang berbeda menghasilkan sekelompok ukuran dengan titik
tengah u yang sama dengan varians 62 yang sama dalam hal adanya
netralitas mereka dalam hal kepentingan mereka atas hasil dari pengukuran
tersebut.
e. Kebenaran dan peran akuntansi
jenis kebenaran yang disampaikan
dalam praktik dan wacana akuntansi dapat bersifat kontinjen terhadap peran yang
sebenarnya dimainkan oleh akuntansi dalam organisasi. Kebenaran dalam akuntansi
pada konteks tradisional adalah untuk menyediakan angka-angka akuntansi yang
berguna dan diketahui berdasarkan aturan-aturan berbasis teknis.
f. mustahilnya kebenaran dalam
akuntansi
kebenaran dalam akuntansi
mengimplikasikan kebutuhan untuk menghindarai kerahasiaan. Kerahasiaan adalah
tindakan menutupi fakta atau menahan informasi mengenai hal tersebut atau bukti
mengenai hal tersebut agar tidak sampai ke public yang berkepentingan yang
dapat memperoleh manfaat dari mengetahui hal tersebut.
7.7 KESIMPULAN
Aturan-aturan akuntansi yang ada
saat ini didasarkan pada fondasi teori akuntansi. Fondasi ini terdiri atas
elemen-elemen yang bersifat hierarki yang berfungsi sebagai kerangka referensi
atau struktur teoritis. Laporan keuangan yang disajikan dalam laporan akuntansi
formal hanyalah cerminan dari penerapan struktur teoritis akuntansi.
Memperbaiki kandungan dan format dari laporan keuangan tentu saja terkait untuk
memperbaiki struktur teoritis akuntansi. Yang paling terdepan dari agenda badan
akuntansi sebaiknya merupakan formulasi dari elemen-elemen teori akuntansi
yaitu tujuan akuntansi, dalil lingkungan, konsep teoritis , dan prinsip
akuntansi.
0 Response to "Struktur Teori Akuntansi"
Post a Comment