pendahuluan dan metodologi akuntanssi

TUGAS TEORI AKUNTANSI

BAB I
PENDAHULUAN DAN METODOLOGI AKUNTANSI
Kapan  seharusnya pendapatan diakui? Ini adalah masalah yang paling fundamental dalam teori akuntansi. Pertanyaan sederhana yang jawabannya sukar didapat. Masalah tersebut mempunyai implikasi yang sifatnya sangat praktis bagi manajemen maupun bagi auditor. Bagi sudut pandang manajemen, penolakan mengakui pendapatan pada saat pengiriman mengakibatkan penurunan penjualan di laporan laba rugi sehingga akan membuat gagal untuk mendapat pinjaman di pasar. Bagi sudut pandang auditor, penolakan yang tidak beralasan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, dapat menyebabkan adanya tuntutan pelanggaran kontrak dari perusahaan. Teori akuntansi seringkali merupakan masalah pertimbangan professional yang dibuat oleh orang-orang yang terlibat dalam kasus-kasus tertentu. Bukan hanya anggota FASB namun juga akuntan yang berpraktik.
Pengakuan pendapatan merupakan contoh klasik sebuah aturan yang luas yang memerlukan pertimbangan professional pada tingkatan lokal. Salah satu buku teks mendefinisikan aturan tersebut sebagai berikut: “pendapatan harus diakui dalam periode terawal pada saat (a) satuan usaha (entity) sudah melakukan semua yang harus dilakukan untuk mendapatkan penghasilan dan (2) jumlah penghasilan dapat diukur secara andal.”
Dalam banyak industry definisi ini diasumsikan terjadi pada saat pengiriman. Namun ada perbedaan pendapat dengan auditor mengenai pengakuan pendapatan tersebut, karena dianggap tidak merupakan performa yang substansial. Kasus ini menerangkan sejelas-jelasnya bahwa manajer dan auditor tidak dapat dibiarkan membuat aturan-aturan mereka sendiri. Para manajer pasti ingin memanipulasi penghasilan sedangkan para akuntan memerlukan sanksi standar akuntansi untuk menolak hal itu. Bagaimanapun argumen-argumen itu, pemberlakuan prosedur-prosedur akuntansi oleh suatu badan yaitu dengan adanya Financial Accounting Standard Board. Misalnya : dalam bidang akuntansi Real estate aturan-aturan pengakuan pendapatan dinyatakan dengan terinci dalam SFAS 66.
PENDEKATAN TERHADAP TEORI AKUNTANSI
1.      Pendekatan Pajak
Pendekatan ini berisi tentang apa yang akan dikatakan oleh Internal Revenue service (IRS) mengenai suatu masalah. Misalnya apakah IRS mengijinkan untuk mengakui pendapatan pada titik ini atau apakah IRS akan melarang hal itu?
IRS tidak begitu tertarik pada pengukuran penghasilan suatu perusahaan dibandingkan dengan penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Undang-undang pajak penghasilan penting dalam mengangkat praktik akuntansi yang rata-rata menjadi standar dipakai di perusahaan. Sayangnya aturan-aturan pajak penghasilan mempunyai pengaruh yang merugikan pada teori dan prinsip akuntansi dalam banyak bidang. Contohnya: 1. metode penyusutan 2. LIFO untuk keperluan pelaporan 3. Pos-pos yang seharusnya dikapitalisasi 4. penyisihan dalam laporan keuangan untuk “mengakui” beban-beban perbaikan dan pemeliharaan. Walaupun Undang-undang pendapatan memang mempercepat dianutnya praktik-praktik akuntansi yang baik karena menghasilkan analisis yang lebih kritis atas prosedur dan konsep akuntansi yang sudah diterima, Undang-undang itu juga menjadi penghambat dalam percobaan dan penerimaan teori yang baik.
2.      Pendekatan Legal (hukum)
Pendekatan ini menyarankan untuk memperoleh pendapat hukum (legal). Suatu penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. Tapi cara ini tidak dapat menyelesaikan masalah segampang itu bila persidangan yang mengadili memutuskan bahwa hak sudah berpindah. Sudah menjadi hakikat penghasilan harus direalisasi. Potensi saja tidak cukup. Penambahan hutan bukanlah penghasilan sampai hutan itu ditebang. Kenaikan nilai tanah karena pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat bukanlah penghasilan sampai kenaikan itu direalisasi. Dalam hal investasi tidak ada penghasilan sampai ada keuntungan yang terpisah dan terealisasi.
Para pengacara dan hakim memandang hampir sama dengan cara para akuntan dan pengusaha memandang aktiva dan menghadapi kesulitan yang hampir sama dalam hal definisi. Mereka tidak pernah sampai pada kesimpulan yang sama. Para pengacara tertarik pada penghasilan yang tersedia untuk pajak atau dividen, bukan pada penghasilan dalam pengertian pertambahan nilai. Jadi, walaupun undang-undang memberikan banyak contoh yang merangsang pemikiran mengenai masalah-masalah dalam teori akuntansi namun undang-undang jarang menjadi factor yang menentukan.
3.      Pendekatan Etika
Pendekatan etika menekankan konsep-konsep keadilan, kebenaran, kewajaran (justice, truth, fairness). Pertimbangan etika dengan kata lain, mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek akuntansi. Kebenaran didefinisikan banyak orang sebagai “sesuai dengan fakta”  ekuivalen dengan konsep  “kejujuran penyajian”.  Namun tidak semua kebenaran dalam akuntansi mempunyai definisi sama mengenai fakta. Fakta akuntansi mengacu pada data yang objektif dan dapat diuji. Contohnya: seseorang menyatakan laporan keuangan menampilkan kebenaran apabila laporan itu mengungkapkn nilai kini (current value) aktiva serta keuntungan dan kerugian dari perubahan nilai. Jadi, aturan yang mapan mengenai pengakuan pendapatan digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebenaran.
4.      Pendekatan Ekonomi
Tiga jalur dalam mengambil pendekatan ekonomi terhadap akuntansi: makroekonomi, mikroekonomi, dan social korporasi.
Makroekonomi. Pendekatan ini menjelaskan pengaruh prosedur pelaporan alternative pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan yang lebih luas daripada perusahaan, seperti industry atau perekonomian nasional. Banyak yang berpendapat bahwa salah satu tujuan akuntansi harus mengarah paerilaku perusahaan kearah pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional tertentu. Walaupun sebagian besar Negara melaksanakan kebijakan makroekonomi melalui kebijakan moneter dan fiscal serta pengendalian langsung tapi beberapa Negara mendasarkan konsep dan praktik akuntansi pada sasaran makroekonomi. Dampak pendekatan ini bahwa tujuan pelaporan penghasilan yang stabil dari tahun ke tahun memberi kesan digunakannya cadangan dan kebijakan penyusutan yang fleksibel.
Mikroekonomi. Pendekatan ini mencoba menjelaskan prosedur pelaporan alternative pada pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkatan perusahaan. Oleh karenanya focus perusahaan sebagai satuan usaha ekonomi mempengaruhi perekonomian melalui operasi di pasar. Setiap kepentingan dalam masalah ini berkisar mengapa manajemen tertarik pada penghasilan yang lebih tinggi dan bukan yang lebih rendah.
Akuntansi Social Korporasi. Biaya polusi, lingkungan, pengangguran, kondisi kerja, dan masalah social lainnya biasanya tidak dilaporkan dalam perusahaan, kecuali biaya-biaya itu ditanggung langsung oleh perusahaan melalui pemajakan dan regulasi. Contoh dalam upaya memasukkan tujuan-tujuan akuntansi social dan makroekonomi ke dalam satu teori pelaporan korporasi disajikan dalam corporate report. Pengakuan atas peranan yang lebih luas yang dimainkan korporasi juga diterapkan dalam teori ekuitas perusahaan. Teori akuntansi modern mengakui bahwa informasi adalah barang public dengan sifat yang mirip dengan eksternalitas, seperti polusi. Para akuntan social menanggapi untuk barang public harus dipakai pendekatan etika yang lebih luas.   
5.      Pendekatan Perilaku
Focus pendekatan ini adalah pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan. Masalahnya mungkin menyangkut apa dampak pengakuan laba secara dini, serta pengungkapan kontoversi ini, pada keputusan yang dibuat oleh pemegang saham. Jadi teori perilaku mencoba mengukur dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh ekonomi , psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan oleh prosedur-prosedur akuntansi.
6.      Pendekatan Struktural 
Pendekatan ini fokus pada struktur system akuntansi itu sendiri. Dasar pemikiran pendekatan ini, khususnya pada tingkatan lokal, dilakukan dengan analogi. Pendekatan ini mencoba memperlakukan hal-hal yang serupa dengan cara yang serupa. Pertimbangan mengenai titik mana yang paling tepat untuk mengakui peristiwa tertentu biasanya didasarkan pada saat yang dipilih untuk mencatat peristiwa-peristiwa lain. Konsistensi menjadi tema perdebatan yang pertama bagi peruahaan dan para pengkritiknya. Mereka menggunakan pengiriman sebagai titik pengakuan penjualan dalam semua transaksi sebelumnya. Mereka merencanakan untuk terus menggunakan titik tersebut dengan keyakinan bahwa penjualan yang baru serupa dengan penjualan yang lama. Demikian para akuntan harus menklasifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi sampai pada laporan keuangan. Definisi akuntansi yang lebih luas sekarang sedang digemari, tetapi proses  “mencatat, mengklasifikasikan, dan mengiktisarkan” masih tetap menjadi inti akuntansi.
MENGKLASIFIKASIKAN TEORI-TEORI AKUNTANSI
Teori Sebagai Bahasa
Banyak yang menyebut akuntansi sebagai bahasa bisnis. Para ahli teori menyatakan 3 pertanyaan mengenai sebuah bahasa serta kata-kata dan frasa-frasa yang membentuk bahasa itu:
1.      Apa pengaruh kata-kata itu bagi pendengar?
2.      Apa arti, jika ada, yang dimiliki kata-kata itu?
3.      Apakah kata-kata itu masuk akal?
Jawaban pertanyaan di atas membentuk bagian dalam ilmu bahasa. Pragmatik adalah ilmu tentang pengaruh bahasa; semantic adalah ilmu tentang makna bahasa; dan sintaksis adalah ilmu tentang logika atau tata bahasa. Pendekatan perilaku maupun pendekatan ekonomi bergaya pragmatic, sedangkan pendekatan structural  bersifat sintaksis. Hampir semua riset akuntansi orientasinya pragmatic, namun semantik dan sintaksis juga penting. Semantic penting karena idealnya informasi keuangan memiliki kandungan ekonomi atau fisik yang disepakati baik pembuat maupun pemakai informasi itu. Sintaksis penting karena idealnya bagian informasi keuangan berhubungan secara logis dengan bagian lainnya. Peran teori yang menekankan semantic adalah mencari cara untuk memperbaiki penafsiran informasi akuntansi dengan berdasarkan pada pengamatan dan pengalaman manusia. Sebuah tanda tangan pada kontrak merupakan peristiwa yang nyata, pengiriman mesin penjual adalah peristiwa yang nyata, pembayaran pada mesin itu juga peristiwa yang nyata, tetapi saat terjadinya “penjualan” hanyalah saat ketika pemegang buku memutuskan untuk mencatat transaksi itu, tidak lebih dan tidak kurang. Pengakuan penjualan, beban, aktiva, dan kewajiban semuanya bersifat sintaksis pada awalnya. Tidak ada pengembang semantic yang dapat kita tunjukkan.

Teori Sebagai Pemikiran
Cara kedua untuk mengklasifikasikan perdebatan teoritis adalah dengan menayakan apakah argumentasi itu mengalir dari hal yang generalisasi menuju hal yang spesifik (deduktif) atau dari hal yang spesifik menuju generalisasi (induktif). Hasil generalisasi seringkali diberi istilah prostulat. Dari prostulat ini para akuntan berharap dapat menyimpulkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menjadi dasar penerapan yang konkrit dan praktis. Pemikiran Deduktif : Tujuan merupakan bagian yang paling penting dalam proses deduktif karena tujuan yang berbeda memerlukan struktur yang berbeda dan menghasilkan prinsip yang berbeda. Misalnya tujuan dasar akuntansi pajak berbeda dengan tujuan dasar akuntansi keuangan. Inilah salah satu alasan utama mengapa aturan untuk menentukan laba kena pajak berbeda dengan menentukan laba keuangan. Namun, kadang walaupun terdapat perbedaan dalam tujuan, pertimbangan biaya-manfaat, menuntut diadakanya kompromi. Contohnya : individu mempunyai tujuan yang berlainan dalam menggunakan data akuntansi, tapi nampaknya tidak mungkin membuat seperangkat prinsip yang sama sekali berbeda untuk setiap pemakai. Sebagai kompromi, dibuatlah suatu laporan dengan tujuan umum. Metode untuk merumuskan logika dalam pemikiran deduktif ditemukan dalam pendekatan aksiomatik atau pendekatan matematis terhadap teori akuntansi. Kelemahan utama metode deduktif adalah bahwa jika salah satu postulat atau premis ternyata salah, kesimpulannya juga bisa salah. Teori tidak mesti seluruhnya praktis agar teori itu berguna dalam menetapkan prosedur yang dapat dilaksanakan. Pada kenyataannya, banyak dari prinsip dan prosedur yang sekarang berlaku merupakan pedoman tindakan yang umum dan bukan aturan-aturan spesifik yang dapat diikuti dengan setepat-tepatnya dalam setiap kasus. Pemikiran Induktif: Terdiri atas penarikan kesimpulan umum dari hal-hal yang spesifik. Hal-hal yang spesifik itu didasarkan pada pengalaman-pengalaman praktis seperti hasil-hasil eksperimen. Ilmu pengetahuan yang mengandalkan pengalaman diberi istilah empiris. Matematika secara inheren bersifat nonempiris. Teori akuntansi yang mengumpulkan data keuangan untuk menarik kesimpulan dapat dianggap empiris. Pendekatan structural, sebaliknya secara tipikal bersifat nonempiris. Hampir semua teori mencakup beberapa unsur dari pemikiran deduktif dan induktif. Keunggulan pendekatan induktif adalah bahwa pendekatan ini tidak mesti terbatas pada model atau struktur yang telah terbentuk sebelumnya. Kelemahan utama proses induktif adalah bahwa para pengamat cenderung dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai apa saja yang merupakan hubungan yang relevan itu. Kelemahan lain dalam akuntansi adalah data mentah kemungkinan berbeda untuk setiap perusahaan. Hubungan-hubungan juga mungkin berbeda sehingga sukar untuk melakukan generalisasi.

Teori Sebagai Panduan (Script)
 Baik teori induktif maupun deduktif dapat bersifat deskriptif (positif) atau preskriptif (normative).  Teori deskriptif menginformasikan informasi keuangan apa yang disajikan dan dikomunikasikan kepada pemakai serta bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Teori normative mencoba menentukan data apa yang harus dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan artinya teori itu menjelaskan apa yang seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya disajikan. Teori induktif, menurut sifatnya, biasanya bersifat positif tapi tidak berarti bahwa teori deduktif bersifat normative. Pertanyaan normative mencoba mengungkapkan cara terbaik untuk mempertanggungjawabkan suatu transaksi dan pertanyaan positif mencoba mengungkapkan bagaimana manajemen dan pihak-pihak lainnya memutuskan cara mana yang terbaik untuk mereka . jawaban tersebut ini merupakan subjek teori akuntansi.
Verifikasi teori
Verifikasi didefinisikan sebagai penetapan akseptabilitas atau kebenaran suatu teori. Semua teori haruslah baik secara logika tapi diluar itu sifat verifikasi akan tergantung pada sifat teori yang diverifikasi. Teori-teori normative dinilai dengan cara yang satu, teori positif dengan cara yang lain. Teori normative, termasuk teori verifikasi itu sendiri, dinilai dari kewajaran asumsi-asumsinya. Idealnya asumsi yang menjadi dasar suatu teori normative, dan dasar-dasar untuk menilai akseptabilitas asumsi-asumsi itu. Teori deskriptif dievaluasi dengan dua cara yang berbeda tergantung pada apakah teori itu memiliki kandungan empiris atau tidak. Teori sintaksis merupakan teori deskriptif tanpa kandungan empiris. Sebagai contoh : pertanyaan  apakah suatu pos, seperti sebuah sumur minyak yang sudah kering, merupakan aktiva atau bukan. Orang mungkin beragumentasi sebagai berikut:
Semua aktiva mempunyai nilai bagi perusahaan.
Sebuah sumur minyak yang sudah kering tidak bernilai bagi perusahaan.
Oleh karena itu, sumur itu tidak mungkin suatu aktiva.
Itu adalah kesimpulan yang sangat sah tetapi kita benar-benar harus menyadari bahwa keabsahan pemikiran kita sama sekali tidak tergantung pada arti kata aktiva. Banyak dasar pemikiran akuntansi khususnya dalam pendekatan structural bersifat sintaksis, mungkin saja pemikiran itu secara logika benar tetapi pemikiran itu tidak mempunyai kandungan empiris.
Sebaliknya teori semantis merupakan teori deskriptif yang mempunyai kandungan empiris. Karena teori itu dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu tentang dunia nyata, kebenarannya tergantung pada pengamatan. Verifikasi teori semantic diperoleh melalui penelitian riset.  Teori pragmatic merupakan teori deskriptif dengan kandungan empiris. Verifikasi teori itu tidak tergantung pada kebenarannya melainkan pada nilai teori itu bagi pemakai.dengan kata lain kita tidak memverifikasi teori pragmatic itu sendiri melainkan kegunaanya.
Pengujian teori deskriptif seringkali dilakukan dalam bentuk ramalan. Hasilnya, jika pengujian itu diulang secukupnya untuk memuaskan para pengamat. Sebaliknya jika teori itu gagal meramalkan, atau jika ditemukan penyimpangan, dikatakan bahwa teori itu tidak memiliki konfirmasi bahkan disangkal. Penggunaan ramalan sebagai kriteria utama untuk mengevaluasi teori akuntansi juga diperumit oleh fakta bahwa teori akuntansi biasanya merupakan campuran dari berbagai bentuk teori. Oleh karena itu konfirmasi teori akuntansi terjadi pada beberapa tingkatan.
1.      Asumsi yang menyangkut dunia nyata harus diuji
2.      Saling keterhubungan dalam teori harus diuji
3.      Jika ada premis didasarkan pertimbangan nilai
4.      Jika ada verifikasi empiris tidak konklusif, kesimpulan teori harus menjalani verifikasi empiris yang independen. 
KESIMPULAN
Teori akuntansi memfokuskan pada perangkat prinsip yang mendasari dan mendukung praktik akuntansi. Teori akuntansi dapat difinisikan sebagai seperangkat koheren prinsip-prinsip yang hipotesis, konseptual, dan pragmatis yang membentuk kerangka acuan umum untuk menyelidiki sifat akuntansi. Pertanyaan utama seperti kapan harus mengakui penjualan membentuk inti teori akuntansi.






Precious life student of Telkom Institut of Manajemen 2010

0 Response to "pendahuluan dan metodologi akuntanssi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel